Memetik Hikmah Hijrah
Dalam Islam ada tiga bentuk hijrah:
- Berpindah dari negeri yang penuh kesyirikan ke negeri Islam, seperti hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Makkah (negeri yg penuh kesyirikan kala itu) ke Madinah (negeri Islam).
- Berpindah dari Negeri yang menebar teror atau menakutkan ke negri yang aman, sepeti Hijrahnya Rasulullah dan sebagian sahabat ke Habasayah (Etopia).
- Meninggalkan segala hal yang dilarang Allah. Sebagaimana dijelasakan dalam sabad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
( اَلْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ ) رواه البخاري
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala hal yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta’ala ” (HR. Al Bukhari)
Hijrah adalah sebuah tonggak
sejarah besar dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw. Hijrah adalah
peristiwa yang sangat menentukan bagi kesuksesan Rasulullah saw.
mengemban risalah dalam rangka mengeluarkan manusia dari beraneka
kegelapan menuju cahaya kebenaran. Sebelum peristiwa Hijrah terjadi,
Rasulullah saw. telah berupya sekuat tenaga untuk mengajak manusia ke
jalan Tuhan. Akan tetapi, usaha beliau kurang membuahkan hasil kalau
tidak akan dikatakan mengalamai kemandekan dan kegagalan. Berbagai macam
tantangan dan cobaan dihadapi Rasulullah saw. selama kurang lebih tiga
belas tahun berdakwah di Makkah. Keluhan Rasulullah saw. direkam oleh
Allah swt. seperti diucapkan melalui lidah nabi Nuh as. dalam surat Nuh
[71]: 5-7
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا(6)وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا(7)
Artinya: “Nuh berkata: “Ya
Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang (5). maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran) (6). Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat (7).”
Akhirnya, atas perintah Allah
swt. Nabi saw. melakukan hijrah yaitu berpindah dari Makkah ke Madinah.
Dan ternyata, di Madinah Rasulullah saw. memperoleh kesuksesan besar
dalam berdakwah mengembangkan agama Islam. Hanya dalam waktu sepuluh
tahun, seluruh jazirah Arab tunduk di bawah kekuasan Negara Islam yang
berpusat di Madinah.
Ada banyak hikmah di balik peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah. Di antaranya;
Pertama,
bahwa kegagalan tidak mesti menjadikan seseorang berputus asa dalam
berjuang mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Jika manusia
mengalami kegagalan di suatu tempat, di sebuh metode dan cara, maka
hendaklah dia mencari tempat, cara atau metode baru dalam mencapai
kesuksesan.
Rahmat dan karunia Allah itu tersebar luar, allquran meyakikan.
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
“dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf ayat 87)
Kedua: semangat pengorbanan
Ketika akan hijrah, Abu Bakar
ash-Shiddiq membeli dua ekor unta yang akan mereka kendarai menuju
Madinah. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah! Saya telah
membeli dua ekor unta untuk kendaraan kita menuju Madinah. Silahkan
engkau pilih mana unta yang engkau sukai dari kedua unta ini!”.
Rasulullah menjawab, “Tidak, saya tidak akan menaiki unta yang bukan
milik saya”. “Unta ini adalah milik engkau yang Rasulullah, karena saya
telah menghadiahkannya untukmu”. Jawab Abu Bakar.
Rasulullah tetap menolak untuk
mengendarai unta tersebut, sebelum mengganti harganya seharga yang
dibeli oleh Abu Bakar. Akhirnya, Abu Bakar mengalah dan menerima uang
dari Rasulullah saw. sebanyak harga dia membeli unta tersebut.
Begitu pula Rasulullah saw
bersama Abu Bakar sampai di Madinah, hal pertama yang dilakukan beliau
adalah mencari tempat di mana masjid akan dibangun. Setelah mendapatkan
lahan yang tepat, pemilik tanah yang akan dijadikan tempat berdirinya
masjid tersebut berkata, “Ya Rasulullah! Tanah ini saya wakafkan sebagai
tempat pembangunan masjid”. Namun, Rasulullah menolak sambil berkata,
“Saya akan membangun masjid di atas tanah yang saya beli dengan harta
saya”. Akhirnya, pemilik tanah tersebut menjual tanah itu kepada
Rasulullah untuk kemudian dijadikan tempat pembangunan masjid Nabi.
Dari kisah tersebut, ada
hal yang ingin diajarkan Rasulullah kepada umatnya, bahwa untuk mencapai
sesuatu yang besar perlu ada pengorbanan. Tidak akan ada
kesuksesan besar, tanpa adanya kesediaan untuk berkorban. Buknakah kta
hijrah dan perjuangan selalu seringkali dikaitkan dengan pengorbanan
harta bahkan nyawa? Lihatlah firman Allah dalam surat at-Taubah [9]: 20
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya: “Orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Ketiga : Konsep pemahaman tawakal yang benar
Jika kita ingin belajar tawakal dengan benar maka lihatlah kisah hijrah Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menampakkan sikap tawakal dan mengambil sebab-sebabnya.
Dalam hijrah tersebut Nabi shallallahu alaihi wasallam
mengambil sebelas sarana (rencana) yang menjadi sebab-sebab yang
mengantarkan pada kemenangan dan keselamatan, beliau tidak meninggalkan
planingnya sama sekali… beliau keluar dari rumahnya di akhir malam agar
tidak diketahui oleh kaum kafir, kemudian beliau pergi ke rumah Abu
Bakar di pertengahan siang hari, dimana Abu Bakar berkata, “Beliau
mendatangi kami di waktu yang tidak biasanya beliau datang kepada kami”
hal itu dilakukan untuk mengelabui kaum kafir.
Nabi pun mengabarkan perintah
hijrah kepada Abu Bakar, maka keduanyapun keluar dari pintu belakang
rumah, beliau mengambil jalan arah utara—padahal Madinah terletak di
arah selatan— agar jejak keduanya tidak bisa dilacak oleh orang-orang
musyrik yang menyisir jalan arah selatan ke kota Madinah. Kemudian
keduanya bersembunyi di dalam goa Tsur selam tiga hari lebih dengan
penuh kehati-hatian. Sementara Abdullah bin Abu Bakar bertugas sebagai
informan yang membawa kabar tentang orang-orang Quraisy, sementara Asma
bertugas membawakan makanan dan minuman kepada keduanya.
Lihatlah sebuah perencanaan
yang matang…tidak seorang quraisy pun yang dapat membaca perencanaan
ini…sampai pada Asma binti Abu Bakar juga tidak seorang pun menyangka
wanita ini yang kondisinya sedang hamil tujuh bulan….
Anda telah meyaksikan bagaimana perencanaan orang yang tawakal kepada Allah.
Lalu bagaimana dengan
bekas-bekas jejak kaki Asma ini, Abu Bakar memerintahkan penggembala
kambingnya, Abdullah bin Fahirah agar gembalaan kambing-kambingnya
setiap hari melewati jalan yang biasa dilalui oleh Asma, seakan-akan
memang dia menggemabla dan tidak ada satupun yang meragukannya.
Akan tetapi setelah
perencanaan ini, apakah kaum kafir berhasil menyusul Rasulullah dan Abu
Bakar? Mereka nyaris menemukan keduanya dan mereka telah berdiri di
mulut gua… mungkin dalam benak kita terbesit, tidak masuk akal setelah
semua perencanaan matang ini kaum kafir bisa mencapai tempat
persembunyian keduanya?
Itu logika manusia… akan tetapi logika Allah Al Wakil
sengaja menghendaki agar kaum kafir sampai di tempat persembunyian
Rasulullah dan Abu Bakar, untuk mengajarkan kepada Nabi dan kita semua
arti tawakal kepada Allah, bahwa melakukan sebab-sebab itu wajib akan
tetapi jangan mengatakan bahwa sebab-sebab itulah yang menyelamatkannya.
Kaum kafir dan musyrik sampai
di depan mulut goa, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah, “Jika salah
seorang mereka melihat ke bawah kedua telapak kakinya pasti akan melihat
kita.” Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab untuk menenangkannya, “Bagaimana menurutmu dengan dua orang semnetara Allah yang ketiganya, jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.”
Inilah arti tawakal yang harus
kita pelajari dan tanamkan di dalam jiwa kita untuk menghilangkan
deprsi yang menguasai para pemuda usia dua puluh tahunan karena khawatir
dengan masa depannya, serahkan dan pasrahkan kepada Allah, tawakallah
kepada-Nya dan lakukanalah sebab-sebabnya. Dengan sikap lapang ini akan
banyak problematika teratasi.
Begitulah cara yang paling
tepat untuk bertawakal. Bahwa tawakal dilakukan setelah sebelumnya ada
perancaan yang matang dan usaha yang maksimal, barulah kemudian
menyerahkan hasil dan keputusannya kepada Allah. Jika tidak ada
perencaaan dan usaha, maka tawakkal dalam hal ini adalah sesuatu yang
keliru.
Keempat:
ketika Nabi saw. telah sampai di Madinah, maka hal pertama yang
dilakukan beliau adalah membangun Masjid sebagai tempat peribatan dan
penyembahan kepada Allah, sekaligus menjadi sentral kegiatan dakwah
beliau. Hal itu memberikan pelajaran kepada kita, bahwa jika ingin
sukses dalam berjuang dan mencapai cita-cita, maka hendaklah memulainya
dengan beribadah (bersujud). Sebab, sujud atau ibadah akan membuat
seseorang memiliki keyakinan yang besar akan pertolongan dan bantuan
Allah, sehingga kalaupun nanti dia menemui berbagai kesulitan dan
tantangan dia akan tetap semangat menghadapinya. Kalaupun, nanti dia
sukses maka kesuksesannya itu tidak menjadikannya lupa diri, sehingga
muncul sikap sombong dan angkuh dalam dirinya. Karena, dia akan selalu
sadar bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah berkat bantuan dan
pertolongan Allah. Inilah yang disebutkan Allah dalam surat at-Taubah
[9]: 109
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Maka apakah
orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah
dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh
bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Kelima: Yang juga dilakukan nabi setelah sampai di
Madinah adalah mepersatukan dan mempersaudarakan kaum Muhajirin
(pendatang) dan Anshar (penduduk asli). Sehingga, umat Islam ketika itu
sudah menjadi sebuah kesatuan dan memiliki kekuatan yang menjadi cikal
bakal kesuksesan dakwah dan perjuangan menegakan kalimat Tauhid di
kemudian hari. Melalui hal itu, Rasulullah ingin mengatakan kepada
umatnya tentang pentingnya kebersamaan persatuan dalam mencapai suatu
maksud. Sebab, tidak akan ada kesuksesan tanpa bantuan dan keikutsertaan
pihak lain. Seseorang baru bisa menjadi “bos”, jika ada sebagian orang
yang bersedia menjadi bawahannya. Begitulah seterusnya.
Keenam, Hal
lain yang dibangun nabi Mauhammad ketika sampai di Madinah adalah pasar
sebagai basis ekonomi umat Islam ketika itu. Kenapa Rasulullah saw.
membangun pasar? Sebab, apapun bentuknya perjuangan manusia, apalagi
dakwah mengajak manusia ke jalan Tuhan, perlu didukung oleh kekuatan
ekonomi. Jika ekonomi umat Islam ini bagus, tentulah dakwah akan bisa
dijalankan dengan maksimal dan agaknya secara otomatis tingkat
keberagamaan umat Islam akan lebih bagus. Bukankah Ali pernah bersabda,
“Kefakiran sangat dekat dengan kekukufuran”.
Itulah di antara hikmah yang
bisa dipetik dari peristiwa hijrahnya nabi Muhammad saw. dari Makkah ke
Madinah. Semoga bisa menjadi pelaran bagi kita. Amin.
Hijrah
Nabi Ke Madinah
- Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum Muslimin diantaranya,
2. Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru
penerang yang memecah belah masyarakat
- Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
- Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga tahun.
Melihat
kenyataan seperti itu akhirnya nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat
dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa
negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun
ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu,
Nabi memilih kota Madinah ( Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum
Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
- Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
- Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang Madinah
- Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah lembut
- Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
- Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.
Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus,
73 orang penduduk Madinah berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan
meminta beliau agar pindah ke Madinah. Dikarenakan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam yaitu :
- Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
- Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.
Pemuda-pemuda yang
sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnyamalam itu sudah mengepung
rumahnya, karena dikuatirkan ia akanlari.
Pada malam akan
hijrah itu pula Muhammad membisikkankepada Ali b. Abi Talib supaya
memakai mantelnya yang
hijaudari Hadzramaut dan
supaya berbaring di
tempat tidurnya.Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti
ia tinggal dulu
di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang
dititipkankepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang sudah
disiapkan
Quraisy, dari
sebuah celah mengintip ke tempat tidur Nabi.Mereka melihat
ada sesosok tubuh di
tempat tidur itu
danmerekapun puas bahwa dia belum lari
Tetapi, menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahumereka Muhammad sudah keluar menuju ke
Rumah Abu Bakar. Keduaorang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang, danterus bertolak
ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa tujuankedua orang itu melalui jalan sebelah kanan adalah
di luardugaan.Sementaraitu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari merekatanpa mengenal
lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahayasangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil
menyusulMuhammad dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yastrib.
Sepasukan orang
kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang laba-laba
di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk
kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang laba-laba
itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu dan
mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung yang
berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW)
tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka tentulah
jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada tempatnya.
Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian merekadalam gua itu selain
Abdullah bin Abu Bakar, dan kedua orangputerinya Aisyah dan Asma, serta pembantu
mereka 'Amir bin Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengahQuraisy sambil
mendengar-dengarkan permufakatan merekaterhadap Muhammad, yang pada malam harinya
kemudiandisampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang 'Amirtugasnya menggembalakan
kambing milik Abu Bakar' sorenyadiistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan
menyiapkandaging. Apabila Abdullah bin Abu Bakar keluar kembali daritempat mereka, datang
'Amir mengikutinya dengan kambingnyaguna menghapus jejaknya.
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad.
Pada hari ketiga, mereka berdua
sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang kembali mengenai
diri mereka. Orang yang disewa sebagai penunjuk jalan datang membawakan unta kedua orang itu
serta untanya sendiri. Asma puteri Abu Bakar juga datang membawakan makanan. Oleh karena
ketika mereka akan berangkat tidak ada sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan
dan minuman pada pelana barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu sebelahnya
dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi diikatkan. Karena itulah dia diberi nama
“dhat’n-nitaqain” (yang bersabuk dua).
diri mereka. Orang yang disewa sebagai penunjuk jalan datang membawakan unta kedua orang itu
serta untanya sendiri. Asma puteri Abu Bakar juga datang membawakan makanan. Oleh karena
ketika mereka akan berangkat tidak ada sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan
dan minuman pada pelana barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu sebelahnya
dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah lagi diikatkan. Karena itulah dia diberi nama
“dhat’n-nitaqain” (yang bersabuk dua).
Mereka berangkat dan melanjutkan
perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya.
Karena mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali membuntuti mereka maka
dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi Muhammad dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah
dilalui manusia. Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il sebagai penunjuk jalan, membawa mereka
hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai
Laut Merah. Oleh karena mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, penunjuk
jalan membawa mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauhinya,
mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.
Karena mereka mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali membuntuti mereka maka
dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi Muhammad dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah
dilalui manusia. Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il sebagai penunjuk jalan, membawa mereka
hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan Mekah, kemudian menuju Tihama di dekat pantai
Laut Merah. Oleh karena mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, penunjuk
jalan membawa mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan agak menjauhinya,
mengambil jalan yang paling sedikit dilalui orang.
Kedua orang itu beserta penunjuk
jalannya sepanjang malam dan di waktu siang berada di atas
kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa
Allah akan menolong mereka.
kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya bahwa
Allah akan menolong mereka.
Orang Quraisy mengadakan sayembara
bagi siapa saja yang dapat mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan
tempat mereka maka hadiah dan kehormatan menantinya. Wajar sekali hal ini
menarik hati masyarakat pada waktu itu. Tidak lama setelah sayembara diadakan,
tersiar kabar bahwa ada seseorang yang melihat serombongan dengan tiga unta.
Ternyata dugaan mereka tidak meleset dan mereka adalah mangsa yang selama ini
mereka cari. Waktu itu Suraqa bin Malik bin Ju’syum hadir dan mengatakan
mungkin mereka keluarga si fulan dengan maksud mengelabui orang itu, sebab dia
sendiri ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tidak lama kemudian Suraqa
bin Ju’yum mendatangi tempat yang dimaksud dan dia menemukan Nabi Muhammad
beserta kedua temannya sedang beristirahat di bawah naungan sebuah batu besar
embari menyantap bekal yang diberikan oleh asma, putri Abu bakar. Pada saat
itu, kekuasaan Allah ditunjukkan. Setiap kali Suraqa bin Ju’syum mendekati
rombongan Nabi Muhammad kudanya selalu tersungkur. Hal itu berulang sampai
empat kali. Suraqa yang percaya kepada dewa berfikir bahwa itu adalah pertanda
buruk sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali ke Mekah dengan membawa pesan
tertulis yang ditulis Abu Bakar. Surat itu berisi supaya jika ada yang ingin
mengejar muhajir besar itu untuk dikaburkan.
Muhammad dan kawannya itu kini
berangkat lagi melalui pedalaman Tihama dalam panas terik yang dibakar oleh
pasir Sahara. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Mereka
tidak mendapatkan sesuatu yang akan menaungi diri mereka dari letupan panas
tengah hari, tak ada keamanan dari apa yang mereka takuti atau dari yang akan
menyerbu mereka tiba-tiba, selain dari ketabahan hati dan iman yang begitu
mendalam kepada Tuhan.
Selama tujuh hari terus-menerus
mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas membara musim kemarau
dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya karena
adanya ketenangan hati kepada Allah dan adanya kedip bintang-bintang yang
berkilauan dalam gelap malam itu, membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih
aman. Mereka selalu yakin jika allah akan selalu bersama mereka.
Jarak mereka dengan Yastrib kini
sudah dekat sekali.
Selama mereka dalam perjalanan yang
sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang hijrah Nabi Muhammad dan
sahabatnya sudah tersiar di Yastrib. Penduduk kota sudah mengetahui betapa
kedua orang ini mengalami kekerasan dari kaum Quraisy yang terus-menerus
membuntuti. Oleh karena itu, semua kaum Muslimin tetap tinggal di tempat itu
menantikan kedatangan Rasulullah dengan hati penuh rindu ingin melihatnya,
ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka yang belum pernah
melihatnya meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui pesona
bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka semakin rindu
ingin bertemu. Orangpun sudah akan dapat mengira-ngirakan, betapa dalamnya hati
mereka itu terangsang tatkala mengetahui, bahwa orang-orang terkemuka Yatsrib
yang sebelum itu belum pernah melihat Nabi Muhammad sudah menjadi pengikutnya
hanya karena mendengar dari sahabat-sahabatnya saja.
Sementara kaum Muslimin Yastrib
menunggu kedatangan Nabi Muhammad, tiba-tiba datang seorang Yahudi yang sudah
mengetahui apa yang sedang mereka lakukan itu berteriak kepada mereka (muslim
Yastrib). “Hai, Banu Qaila ini dia kawan kamu datang!”. Nabi Muhammad sampai di
Yastrib pada hari Jum’at. Nabi Muhammad pun melakukan shalat jum’at di Yastrib.
Masjid yang terletak di perut Wadi Ranuna menjadi saki akan kedatangan Nabi
Muhammad beserta sahabatnya. Kaum Muslimin dating dan masing-masing berusaha
ingin melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang
yang selama ini belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan
rangkuman iman, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang.
Orang-orang terkemuka di Madinah
menawarkan diri supaya dia tinggal di rumah mereka dengan segala persediaan dan
persiapan yang ada. Tetapi dia meminta maaf kepada mereka dan kembali ke atas
unta betinanya sembari memasangkan tali keluan pada untanya. Kemudian dia
berangkat melalui jalan-jalan di Yastrib, di tengah-tengah kaum Muslimin yang
ramai menyambutnya dan memberikan jalan sepanjang jalan yang diliwatinya itu.
Seluruh penduduk Yastrib, baik Yahudi maupun orang-orang Pagan menyaksikan
adanya hidup baru yang bersemarak dalam kota mereka. Mereka menyaksikan
kehadiran seorang pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan Aus dan
Khazraj, yang selama 15 tahun bermusuhan dan berperang. Tidak pernah terlintas
dalam pikiran mereka – pada saat ini, saat transisi sejarah yang akan
menentukan tujuannya – akan memberikan kemegahan dan kebesaran bagi kota mereka
selama sejarah ini berkembang.
Disela-sela berbagai permintaan
untuk tinggal, Nabi Muhammad berpikir untuk adil sehingga dia membiarkan
untanya itu berjalan kemana yang dia inginkan. Sesampainya di sebuah tempat
penjemuran kurma, kepunyaan dua orang anak yatim dari Banu’n-Najjar, unta itu
berhenti. Pada saat itulah Nabi Muhammad turun dari untanya dan bertanya:
“Kepunyaan siapa tempat ini?” tanyanya. Mereka pun menjawab “Kepunyaan Sahl dan
Suhail bin ‘Amr,” jawab Ma’adh bin
‘Afra’. Dia adalah wali kedua anak yatim itu. Fakta ini membuat kaum
muslimin Yastrib terkagum-kagum dengan keadilan-Nya. Setelah berincang-bincang
Nabi Muhammad SAW meminta supaya di tempat untanya berhenti itu didirikan
masjid dan tempat tinggalnya.
http://solihatcollection2.blogspot.com
Memetik Hikmah Hijrah
Dalam Islam ada tiga bentuk hijrah:
- Berpindah dari negeri yang penuh kesyirikan ke negeri Islam, seperti hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Makkah (negeri yg penuh kesyirikan kala itu) ke Madinah (negeri Islam).
- Berpindah dari Negeri yang menebar teror atau menakutkan ke negri yang aman, sepeti Hijrahnya Rasulullah dan sebagian sahabat ke Habasayah (Etopia).
- Meninggalkan segala hal yang dilarang Allah. Sebagaimana dijelasakan dalam sabad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
( اَلْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ ) رواه البخاري
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala hal yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta’ala ” (HR. Al Bukhari)
Hijrah adalah sebuah tonggak
sejarah besar dalam perjalanan dakwah Rasulullah saw. Hijrah adalah
peristiwa yang sangat menentukan bagi kesuksesan Rasulullah saw.
mengemban risalah dalam rangka mengeluarkan manusia dari beraneka
kegelapan menuju cahaya kebenaran. Sebelum peristiwa Hijrah terjadi,
Rasulullah saw. telah berupya sekuat tenaga untuk mengajak manusia ke
jalan Tuhan. Akan tetapi, usaha beliau kurang membuahkan hasil kalau
tidak akan dikatakan mengalamai kemandekan dan kegagalan. Berbagai macam
tantangan dan cobaan dihadapi Rasulullah saw. selama kurang lebih tiga
belas tahun berdakwah di Makkah. Keluhan Rasulullah saw. direkam oleh
Allah swt. seperti diucapkan melalui lidah nabi Nuh as. dalam surat Nuh
[71]: 5-7
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا(6)وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا(7)
Artinya: “Nuh berkata: “Ya
Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang (5). maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran) (6). Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat (7).”
Akhirnya, atas perintah Allah
swt. Nabi saw. melakukan hijrah yaitu berpindah dari Makkah ke Madinah.
Dan ternyata, di Madinah Rasulullah saw. memperoleh kesuksesan besar
dalam berdakwah mengembangkan agama Islam. Hanya dalam waktu sepuluh
tahun, seluruh jazirah Arab tunduk di bawah kekuasan Negara Islam yang
berpusat di Madinah.
Ada banyak hikmah di balik peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah. Di antaranya;
Pertama,
bahwa kegagalan tidak mesti menjadikan seseorang berputus asa dalam
berjuang mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Jika manusia
mengalami kegagalan di suatu tempat, di sebuh metode dan cara, maka
hendaklah dia mencari tempat, cara atau metode baru dalam mencapai
kesuksesan.
Rahmat dan karunia Allah itu tersebar luar, allquran meyakikan.
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(87)
“dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf ayat 87)
Kedua: semangat pengorbanan
Ketika akan hijrah, Abu Bakar
ash-Shiddiq membeli dua ekor unta yang akan mereka kendarai menuju
Madinah. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah! Saya telah
membeli dua ekor unta untuk kendaraan kita menuju Madinah. Silahkan
engkau pilih mana unta yang engkau sukai dari kedua unta ini!”.
Rasulullah menjawab, “Tidak, saya tidak akan menaiki unta yang bukan
milik saya”. “Unta ini adalah milik engkau yang Rasulullah, karena saya
telah menghadiahkannya untukmu”. Jawab Abu Bakar.
Rasulullah tetap menolak untuk
mengendarai unta tersebut, sebelum mengganti harganya seharga yang
dibeli oleh Abu Bakar. Akhirnya, Abu Bakar mengalah dan menerima uang
dari Rasulullah saw. sebanyak harga dia membeli unta tersebut.
Begitu pula Rasulullah saw
bersama Abu Bakar sampai di Madinah, hal pertama yang dilakukan beliau
adalah mencari tempat di mana masjid akan dibangun. Setelah mendapatkan
lahan yang tepat, pemilik tanah yang akan dijadikan tempat berdirinya
masjid tersebut berkata, “Ya Rasulullah! Tanah ini saya wakafkan sebagai
tempat pembangunan masjid”. Namun, Rasulullah menolak sambil berkata,
“Saya akan membangun masjid di atas tanah yang saya beli dengan harta
saya”. Akhirnya, pemilik tanah tersebut menjual tanah itu kepada
Rasulullah untuk kemudian dijadikan tempat pembangunan masjid Nabi.
Dari kisah tersebut, ada
hal yang ingin diajarkan Rasulullah kepada umatnya, bahwa untuk mencapai
sesuatu yang besar perlu ada pengorbanan. Tidak akan ada
kesuksesan besar, tanpa adanya kesediaan untuk berkorban. Buknakah kta
hijrah dan perjuangan selalu seringkali dikaitkan dengan pengorbanan
harta bahkan nyawa? Lihatlah firman Allah dalam surat at-Taubah [9]: 20
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya: “Orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Ketiga : Konsep pemahaman tawakal yang benar
Jika kita ingin belajar tawakal dengan benar maka lihatlah kisah hijrah Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menampakkan sikap tawakal dan mengambil sebab-sebabnya.
Dalam hijrah tersebut Nabi shallallahu alaihi wasallam
mengambil sebelas sarana (rencana) yang menjadi sebab-sebab yang
mengantarkan pada kemenangan dan keselamatan, beliau tidak meninggalkan
planingnya sama sekali… beliau keluar dari rumahnya di akhir malam agar
tidak diketahui oleh kaum kafir, kemudian beliau pergi ke rumah Abu
Bakar di pertengahan siang hari, dimana Abu Bakar berkata, “Beliau
mendatangi kami di waktu yang tidak biasanya beliau datang kepada kami”
hal itu dilakukan untuk mengelabui kaum kafir.
Nabi pun mengabarkan perintah
hijrah kepada Abu Bakar, maka keduanyapun keluar dari pintu belakang
rumah, beliau mengambil jalan arah utara—padahal Madinah terletak di
arah selatan— agar jejak keduanya tidak bisa dilacak oleh orang-orang
musyrik yang menyisir jalan arah selatan ke kota Madinah. Kemudian
keduanya bersembunyi di dalam goa Tsur selam tiga hari lebih dengan
penuh kehati-hatian. Sementara Abdullah bin Abu Bakar bertugas sebagai
informan yang membawa kabar tentang orang-orang Quraisy, sementara Asma
bertugas membawakan makanan dan minuman kepada keduanya.
Lihatlah sebuah perencanaan
yang matang…tidak seorang quraisy pun yang dapat membaca perencanaan
ini…sampai pada Asma binti Abu Bakar juga tidak seorang pun menyangka
wanita ini yang kondisinya sedang hamil tujuh bulan….
Anda telah meyaksikan bagaimana perencanaan orang yang tawakal kepada Allah.
Lalu bagaimana dengan
bekas-bekas jejak kaki Asma ini, Abu Bakar memerintahkan penggembala
kambingnya, Abdullah bin Fahirah agar gembalaan kambing-kambingnya
setiap hari melewati jalan yang biasa dilalui oleh Asma, seakan-akan
memang dia menggemabla dan tidak ada satupun yang meragukannya.
Akan tetapi setelah
perencanaan ini, apakah kaum kafir berhasil menyusul Rasulullah dan Abu
Bakar? Mereka nyaris menemukan keduanya dan mereka telah berdiri di
mulut gua… mungkin dalam benak kita terbesit, tidak masuk akal setelah
semua perencanaan matang ini kaum kafir bisa mencapai tempat
persembunyian keduanya?
Itu logika manusia… akan tetapi logika Allah Al Wakil
sengaja menghendaki agar kaum kafir sampai di tempat persembunyian
Rasulullah dan Abu Bakar, untuk mengajarkan kepada Nabi dan kita semua
arti tawakal kepada Allah, bahwa melakukan sebab-sebab itu wajib akan
tetapi jangan mengatakan bahwa sebab-sebab itulah yang menyelamatkannya.
Kaum kafir dan musyrik sampai
di depan mulut goa, Abu Bakar berkata kepada Rasulullah, “Jika salah
seorang mereka melihat ke bawah kedua telapak kakinya pasti akan melihat
kita.” Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab untuk menenangkannya, “Bagaimana menurutmu dengan dua orang semnetara Allah yang ketiganya, jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.”
Inilah arti tawakal yang harus
kita pelajari dan tanamkan di dalam jiwa kita untuk menghilangkan
deprsi yang menguasai para pemuda usia dua puluh tahunan karena khawatir
dengan masa depannya, serahkan dan pasrahkan kepada Allah, tawakallah
kepada-Nya dan lakukanalah sebab-sebabnya. Dengan sikap lapang ini akan
banyak problematika teratasi.
Begitulah cara yang paling
tepat untuk bertawakal. Bahwa tawakal dilakukan setelah sebelumnya ada
perancaan yang matang dan usaha yang maksimal, barulah kemudian
menyerahkan hasil dan keputusannya kepada Allah. Jika tidak ada
perencaaan dan usaha, maka tawakkal dalam hal ini adalah sesuatu yang
keliru.
Keempat:
ketika Nabi saw. telah sampai di Madinah, maka hal pertama yang
dilakukan beliau adalah membangun Masjid sebagai tempat peribatan dan
penyembahan kepada Allah, sekaligus menjadi sentral kegiatan dakwah
beliau. Hal itu memberikan pelajaran kepada kita, bahwa jika ingin
sukses dalam berjuang dan mencapai cita-cita, maka hendaklah memulainya
dengan beribadah (bersujud). Sebab, sujud atau ibadah akan membuat
seseorang memiliki keyakinan yang besar akan pertolongan dan bantuan
Allah, sehingga kalaupun nanti dia menemui berbagai kesulitan dan
tantangan dia akan tetap semangat menghadapinya. Kalaupun, nanti dia
sukses maka kesuksesannya itu tidak menjadikannya lupa diri, sehingga
muncul sikap sombong dan angkuh dalam dirinya. Karena, dia akan selalu
sadar bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah berkat bantuan dan
pertolongan Allah. Inilah yang disebutkan Allah dalam surat at-Taubah
[9]: 109
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya: “Maka apakah
orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah
dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh
bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak
memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Kelima: Yang juga dilakukan nabi setelah sampai di
Madinah adalah mepersatukan dan mempersaudarakan kaum Muhajirin
(pendatang) dan Anshar (penduduk asli). Sehingga, umat Islam ketika itu
sudah menjadi sebuah kesatuan dan memiliki kekuatan yang menjadi cikal
bakal kesuksesan dakwah dan perjuangan menegakan kalimat Tauhid di
kemudian hari. Melalui hal itu, Rasulullah ingin mengatakan kepada
umatnya tentang pentingnya kebersamaan persatuan dalam mencapai suatu
maksud. Sebab, tidak akan ada kesuksesan tanpa bantuan dan keikutsertaan
pihak lain. Seseorang baru bisa menjadi “bos”, jika ada sebagian orang
yang bersedia menjadi bawahannya. Begitulah seterusnya.
Keenam, Hal
lain yang dibangun nabi Mauhammad ketika sampai di Madinah adalah pasar
sebagai basis ekonomi umat Islam ketika itu. Kenapa Rasulullah saw.
membangun pasar? Sebab, apapun bentuknya perjuangan manusia, apalagi
dakwah mengajak manusia ke jalan Tuhan, perlu didukung oleh kekuatan
ekonomi. Jika ekonomi umat Islam ini bagus, tentulah dakwah akan bisa
dijalankan dengan maksimal dan agaknya secara otomatis tingkat
keberagamaan umat Islam akan lebih bagus. Bukankah Ali pernah bersabda,
“Kefakiran sangat dekat dengan kekukufuran”.
Itulah di antara hikmah yang
bisa dipetik dari peristiwa hijrahnya nabi Muhammad saw. dari Makkah ke
Madinah. Semoga bisa menjadi pelaran bagi kita. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar